ucapan dalil tema tentang isra miraj yang bagus - KH. Zainudin MZ

Ceramah Zainudin MZ - Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Alhamdulillah-alhamdulillahilladzi Asra Bi abdihi lailam Minal Masjidil Harami Ilal Masjidil Aqsa, Wassalatu wassalamu ala sayyidina muhammadin, wa alihi wa ashabihi azamin amma badu

Saudara hadirin yang berbahagia.. Manusia ini hidup dalam 3 dimensi waktu, masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Masa lalu katanya adalah kenangan, masa sekarang adalah kenyataan, dan masa yang akan datang adalah harapan, impian, khayalan, atau cita-cita.



Orang yang baik sesungguhnya, adalah orang yang pandai mengambil pelajaran dari masa lalu, untuk dapat menentukan sikap pada hari ini, dan sekaligus merencanakan hari yang akan datang. Sehingga hari ini harus lebih baik daripada kemarin, dan besok harus lebih baik daripada hari sekarang ini, dalam konteksnya dengan itulah kita pada pertemuan kali ini,kita akan membicarakan tentang hikmah Isra dan Mikraj.

Satu peristiwa masa lampau yang tetap tidak kehilangan relevansinya untuk kita jadikan pelajaran bagi kita, yang hidup di penghujung abad ke-20 ini, kalau kita perhatikan hampir setiap bulan dalam Islam ini mempunyai nilai-nilai sejarah, kalau kita bicara Muharram misalnya kita diingatkan dengan peristiwa hijrah, kita bicara Ramadhan diingatkan dengan peristiwa Nuzulul Quran, kita bicara bulan Dzulhijjah diingatkan dengan peristiwa kurban, kita bicara bulan Syawal diingatkan dengan Idul Fitri, kita bicara bulan Rabiul Awal diingatkan dengan Maulid Nabi, dan kalau kita bicara Bulan Rajab kita diingatkan pada peristiwa Isra dan Mi'raj.

Sebagai yang kita maklumi, Quran itu memang bukan kitab sejarah, tetapi Alquran banyak menceritakan peristiwa-peristiwa bersejarah, dan kalau kita perhatikan gaya bahasa yang digunakan oleh Alquran, yang menceritakan peristiwa-peristiwa bersejarah itu berbeda satu dengan lainnya, istimewa sekali.

Bahwa untuk menceritakan peristiwa Isra dan Mi'raj Allah memulai ayatnya dengan menggunakan kalimat tasbih, seperti yang kita baca dalam surat Bani Israil ayat pertama kali:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَى
Artinya: Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya pada suatu malam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.

Mari kita coba cermati ayat ini per kalimat, untuk memudahkan pengertian kita di dalam memahami peristiwa Isra dan Mikraj ini, ayat ini dimulai dengan kalimat "Subhanalladzi" dalam ilmu Balaghoh kalimat semacam ini disebut dengan kalimat "Izaz" yaitu kalimat yang redaksinya ringkas namun isinya padat.

Di situ ada kata yang tersirat yakni "Lam Dzul Jalalah", sehingga asli kalimatnya "Subhanallahil ladzi" Maha suci Allah dan ini disebut dengan kalimat "Tasbih", banyak peristiwa-peristiwa bersejarah yang diceritakan dalam Al Quran tetapi jarang yang diawali dengan kalimat "Tasbih".

Alquran menceritakan Bagaimana Allah menciptakan Nabi Adam tidak dimulai dengan kalimat tasbih, Alquran menceritakan Bagaimana Firaun dan bala tentaranya ditenggelamkan di lautan merah, itu kejadian hebat tidak dimulai dengan kalimat tasbih, dan Alquran menceritakan Bagaimana umatnya nabi Shaleh, umat Nabi Hud, dan lain sebagainya, yang ditelan gempa bumi, ditiup angin topan, seluruhnya diceritakan dalam Alquran, tetapi tidak satupun yang dimulai dengan kalimat tasbih.

Istimewa untuk menceritakan Isra dan Mikraj ini Allah mempunyai ayatnya dengan kalimat Tasbih "Subhanal Ladzi" (Maha suci Allah). Maha suci Allah dari segala kekurangan, mahasuci dari segala ketidakmampuan, Allah mempertaruhkan kesuciannya untuk menjamin kebenaran peristiwa Isra dan Mikraj, dan sebagai tanda dan bukan sekedar peristiwa biasa.

Tetapi Isra dan Mi'raj adalah peristiwa yang amat sangat luar biasa, sampai Allah memulai Ayatnya dengan menggunakan kalimat Tasbih, Apa hikmah yang bisa kita ambil dari kalimat tasbih? Sudah kita tahu di dalam agama kita ini kan ibadah macam-macam, ibadah yang berat dan modalnya juga besar, membangun masjid dan perlu biaya besar, melaksanakan ibadah haji dan perlu biaya besar, menurut umumnya ukuran ekonomi bangsa kita, ini jenis ibadah yang berat dan perlu modal besar.
lalu ada pula ibadah itu yang berat, tapi modalnya ringan seperti puasa, puasa itu kan berat bukan menahan lapar dan haus nya yang berat, tetapi esensi puasa itu sendiri yakni kemampuan mengendalikan nafsu.

Kita ini kan kalau sedang puasa lapar sih bisa ditahan, tapi marah kadang-kadang tidak bisa nahan. Haus tahan tapi ngomongin orang kadang-kadang nggak tahan, padahal di situ esensi puasa kemampuan mengendalikan nafsu, dia puasa ini ibadah yang berat, tapi modalnya ringan. Modal paling penting niat, kalau sahur itu kan hukumnya Sunnah Muakkadah, yang wajib niatnya, ini jenis di ibadah yang berat tapi modalnya ringan.

Lalu ada pula ibadah itu yang ringan modalnya pun ringan, agama menyebutnya dengan "Kalimatut Toyibah" ucapan-ucapan yang baik yang di banyak diajarkan oleh agama kita, contohnya: bertemu teman Assalamualaikum itu termasuk ibadah, memulai pekerjaan Bismillahirrohmanirrohim juga ibadah, melihat sesuatu yang dibuat Masya Allah, melihat sesuatu yang luar biasa terkejut Astagfirullah, mendapat nikmat Alhamdulillah, terkena musibah innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Ibadah yang ringan berupa mengucapkan kata-kata yang baik yang banyak diajarkan oleh agama kita, inikan ringan kamu tidak perlu syarat toharoh atau bersuci, orang tidak punya wudhu itu istighfar boleh, tidak punya wudhu itu baca Shalawat boleh, membiasakan ucapan-ucapan yang baik di dalam kehidupan, itu hikmah yang kita ambil dari kalimat Subhanalladzi.

Kalimat selanjutnya "ASRO'" Maha Suci Allah yang telah menjalankan, asal kalimat apa ini Saro-Yasiru,  lalau dibentuk dalam bentuk Mazhul yaitu Asro - Yusri - Isro'an, (Maha suci Allah yang telah menjalankan) segera nampak dari ayatnya bahwa dalam peristiwa Isra dan Mi'raj itu yang aktif sebenarnya adalah Allah.

Nabi Pasir, Allah Yang menjalankan, Nabi yang dijalankan, orang dijalanin tentu terima beres, namanya juga dijalanin maka tidak heran kalau beliau berangkat dari Mekah kemudian menuju Masjidil Aqsa di Palestina, dari tanah naik ke langit pertama, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh. Dari sana naik lagi "Rop-ropul afdhor" sampai ke sidratul muntaha, sampai di bawah Arsy menerima perintah shalat, melakukan kunjungan ke surga dan neraka, kembali lagi ke Mekkah tidak lebih daripada sepertiga malam.

ada pertanyaan "Kok bisa ya?.." Kalimatnya asro Allah yang menjalankan, Nabi yang dijalanin! tentu saja dijlalankan tentu saja Beliau terima beres, andaikata beliau berjalan sendiri tentu saja Nabi beliau tidak akan mampu, menempuh jarak yang demikian jauh dalam waktu yang relatif singkat.

Artinya di dalam memahami peristiwa Isra dan Mi'raj yang dipakai bukan logika intelektualitas manusia, tetapi logika Kemahakuasaan yang mutlak dari Allah subhanahu wa ta'ala.


Satu contoh kecil Saya suatu hari berangkat ke Bogor, jam 09.00 berangkat dari rumah, ambil baju di lemari saya pakai, berangkat saya tidak tahu kalau di kantong baju saya ada semutnya, saya pun berangkat ke Bogor, jam 10.00 sampai di Bogor 10.30, dan selesai kembali lagi ke rumah, 11.30 sudah sampai di rumah, baju saya buka, saya gantung kembali di lemari, semut nya keluar dari kantong, cerita sama teman-temannya (menggunakan bahasa semut)

Semut: saudara-saudara percayalah Saya baru saja pulang dari Bogor?..
Teman Semut: Jam berapa kau berangkat?..
Semut:  tadi jam 09.00 lalu 11.30 sudah sampai lagi di sini

Temannya semut berpikir, menurut logika semut tidak akan percaya.

Teman Semut: Bagamanamungkin mut!, badanmu begitu kecil, jalanmu begitu lambat, masa Kebayoran - Bogor, jam 09.00 berangkat setengah 12.00 sudah pulang lagi?...

Temannya semut tidak tahu dia bukan jalan sendiri, tapi nebeng di kantong saya, dadulunya Abu Jahal, Abu Lahab dan Abu Abu lainnya, itu mikirnya pake logika manusia, ya jelas toh peristiwa ini tidak akan bisa dicernakan oleh logika, karena itu kalau saja orang sedikit mau merenungi ayatnya, tidak terlalu sulit memahami Isra dan Mi'raj, Dia kehendak Allah, adalah bukan kehendaknya Rasul SAW, ini kalimat Asro.

Kemudian kalimat "Bi abdihi" Maha suci Allah yang telah menjalankan hamba-nya, Kenapa kok Allah memakai kalimat tidak langsung, kan enak aja kalau Allah bilang misalnya "Subahaladzi Asro Bi Muhammad"  (Maha suci Allah yang telah menjalankan Muhammad) begitu saja Kenapa sih? Kenapa pake "Bi Abdhihi" (Maha suci Allah yang telah menjalankan HambaNya) memakai kata-kata hamba, apa maksudnya?.

Di dalam kalimat hamba ada dua data, data pertama kalimat hamba di sini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad itu Isra dan Mikraj dengan Ruh dan dengan Jasad sekaligus. Sebab apa?.. Orang hanya dipanggil hamba kalau punya ruh dan punya jasad, jasad tanpa ruh namanya mayat, ruh tanpa jasad gentayangan, mungkin namanya pocong, orang dipanggil hamba tentunya lengkap jasad dan ruh sekaligus. Maka itu kalimat Bi abdhi sudah merupakan jawaban bahwa Isra-Mi'raj terjadi dengan Jasad dan dengan Ruh, itu data yang pertama.

Data yang keuda kalimat Bi Abdihi ini menjelaskan, bahwa Nabi Muhammad itu oleh Allah benar-benar telah diakui sebagai hamba-Nya, maka lalu dipanggil hamba dalam ayat ini. Saudara mungkin lalu bertanya, apa kita ini bukan hamba Allah?.. Ya tentu kita ini hamba Allah!.. Kata siapa? kata kita!, kalau kata kita namanya mengaku, orang mengaku tentu boleh-boleh saja, namanya juga ngaku. Cuma diakui atau tidak Ini yang jadi masalah.

Saya bisa saja berkata saya kenal dengan Bapak Presiden! tapi yang jadi masalah apakah Bapak Presiden juga kenal dengan saya? dengan kata lain, kalau kata-kata hamba Allah keluar dari mulut manusia, nilainya murah. Kenapa murah? sebab itu pengakuan!. Tapi kalau keluar dari Allah sendiri itu yang mahal, Maksudnya bagaimana?.. Berapa banyak manusia di dalam hidup ini mulutnya berkata saya hamba Allah!, tapi perbuatan yang membuktikan dia hamba dunia, hamba nafsu, budak jabatan, budak pangkat, budak harta, tidak sesuai antara ucapan, dengan perbuatannya.

Dari kalimat "Bi Abdhihi" ini kita ambil hikmah (sekali kita menjadi hamba Allah jangan menghamba kepada yang selain Allah) Sebab syahadat yang kita ucapkan punya konsekuensi "Asyhadu anla Ilahailallah" (saya bersaksi Tidak ada Tuhan melainkan Allah) Maka itu berarti saya tidak akan menyembah kecuali hanya kepada Allah.

Saya tidak akan pernah takut kecuali hanya kepada Allah, saya tidak akan pernah minta tolong kecuali hanya kepada Allah, saya tidak akan menggantung kan hidup kecuali hanya kepada Allah, saya tidak akan pernah takut kecuali hanya kepada Allah, konsekuensi yang logis daripada ucapan kalimat syahadat itu kita mengembang kita menghamba kepada Allah, jangan menghamba kepada yang selain Allah.
Print Friendly and PDF

0 Response to "ucapan dalil tema tentang isra miraj yang bagus - KH. Zainudin MZ"

Posting Komentar