Tentang Shalat Dhuha dan waktu sholat dhuha yang mustajab

Perjalanan Doa - Tuntunan Sholat Dhuha Yang Sesuai Ajaran Rasul SAW

Kapan waktu sih waktunya untuk melaksanakan Shalat Dhuha?

Menurut para ahli dalam Hukum Fiqh atas awal waktu dhuha adalah waktu terbit matahari ditambah 15 menit. dan Batas akhir waktu dhuha adalah waktu dzuhur dikurangi 15 menit. Waktu itulah yang paling baik untuk mengerjakan sholat Dhuha adalah pada akhir dari waktu Dhuha, yaitu ketika matahari sudah mulai terik saat-saat mendekati masuknya waktu Dzuhur.


Apa Sih Hukumnya Melaksanakan Shalat Dhuha itu?

Dikalangan ulama sendiri tentang hukum mengerjakan Sholat Dhuha terbagi menjadi 4 golongan pendapat, dan ke empat pendapat tersebet sebagai berikut:

- Pendapat yang pertama mengenai Sholat Dhuha adalah Sunat secara mutlak dan dikerjakan setiap hari.

- Dan pendapat yang kedua mengenai Sholat Dhuha adalah Shlolat Sunat namun tidak didirikan setiap hari secara berterusan.

- Pendapat yang ketiga justru tidak menganjurkan untuk melaksanakan sholat Dhuha ini.

- Pendapat yang ke Empat mengenai Sholat Dhuha ini adalah disunatkan karena ada sebab tertentu misalnya seperti mereka yang semalam terlewat mengerjakan Shalat Qiyam al-Lail, maka digantikan Shalat tersebut dengan mengerjakan Shalat pada waktu dhuha.

Tetapi kebanyakan Jumhur ulamak berpendapat yang paling tepat, adalah Shalat Dhuha termasuk amal sunat mu’akkadah dan dianjurkan untuk diamalkan secara rutin. Ini adalah sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mengerjakannya, menganjurkan para sahabat untuk mengerjakannya malah baginda pernah mewasiatkandalam  pelaksanaannya kepada beberapa sahabat. 

Sebagaimana hadits berikut: Daripada Abu Hurairah radhiallahu’ anh, dia berkata:

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثٍ
صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَام.َ

Artinya:

Kekasihku shallallahu ‘alaihi wasallam telah mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang tidak akan pernah aku tinggalkan sehingga akhir hayatku; berpuasa tiga hari setiap bulan (hijrah), mengerjakan dua rakaat Shalat Dhuha dan mengerjakan Shalat Witir sebelum tidur – Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab al-Shaum, no: 1981.

Meskipun wasiat ini hanya disampikan kepada para sahabat Nabi, tetapi perintah tersebut mencakup untuk seluruh pengikut Nabi Muhammad SAW, karena perkataan wasiat untuk sahabat tersebut bersifat umum. dan wasiat ini juga pernah disampaikan baginda juga pernah mewasiatkan perkara yang sama kepada Abu Darda’radhiallahu’ anh, dia berkata:

أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثٍ لَنْ أَدَعَهُنَّ مَا عِشْتُ بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلاَةِ الضُّحَى وَبِأَنْ لاَ أَنَامَ حَتَّى أُوتِرَ.

Artinya:
Kekasihku shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mewasiatkan kepadaku tiga perkara yang tidak akan pernah aku tinggalkan sehingga akhir hayatku; berpuasa tiga hari setiap bulan (hijrah), mengerjakan Shalat Dhuha dan tidak tidur sebelum mengerjakan Shalat Witir. – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 722.
APA SIH KEUTAMAAN SHOLAT DHUHA ITU?
Sholat Dhuha itu Amalan yang Berbentuk Sedekah
Bagi setiap anggota sendi serta ruas-ruas tulang perlu mengeluarkan sedekah bagi menunjukkan ketaatan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Justeru itu Shalat Dhuha adalah amalan yang dapat menunaikan tanggung jawab tersebut. Daripada Abu Dzarr radhiallahu’ anh, daripada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, baginda bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى.

Artinya:
Bagi tiap-tiap ruas dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi hari. Setiap tasbih (Subhaanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (Laa Ilaaha Illallah) adalah sedekah, setiap takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik juga sedekah, dan mencegah kemungkaran juga sedekah. Dan semua itu boleh diganti dengan dua rakaat Shalat Dhuha. – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qashruha, no: 720.

Bagi Orang yang rajin melaksanakan Sholat Dhuha Allah akan Memberi Rezeki Yang Cukup Sepanjang Siang Hari
Bagi mereka yang mengerjakan Shalat Dhuha Allah Subhanahu wa Ta’ala sentiasa mencukupkan segala keperluan seseorang sepanjang siang hari. Daripada Nu’aim bin Hammar, dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda Allah Azza Wa Jalla berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُعْجِزْنِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِي أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ.

Artinya:
Wahai anak Adam, janganlah engkau sampai tertinggal untuk mengerjakan Shalat empat rakaat pada permulaan siang (waktu Dhuha), nescaya Aku akan memberi kecukupan kepadamu sampai akhir siang. – Hadis riwayat Imam Abu Dawud dalam Sunannya, Kitab al-Sholaah, no: 1097.

Kepada orang yang mengerjakan Sholat Dhuha akan Mendapat Pahala Sebagaimana Mengerjakan Haji Dan Umrah
Bagi mereka yang mengerjakan Shalat Subuh secara berjemaah lalu tetap berada dalam masjid dengan berzikir kepada Allah dan mengerjakan Shalat Dhuha pada awal terbitnya matahari maka dia mendapat pahala seperti mengerjakan haji dan umrah. Daripada Anas radhiallahu’ anh, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ.

Artinya:
Barangsiapa mengerjakan Shalat Subuh secara berjemaah lalu sesudah itu dia tetap duduk (di masjid) untuk berzikir kepada Allah sehingga matahari terbit (dan meninggi), kemudian Shalat (Dhuha) dua rakaat maka dia akan mendapat pahala sebagaimana pahala haji dan umrah. Dia berkata (Anas), Rasulullah bersabda: Yang sempurna, Yang Sempurna, Yang Sempurna. – Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab al-Jumu’ah, no: 535.

Orang yang mengerjakan Sholat Dhuha, inysaAllah akan diampuni semua Dosanya karena Shalat Dhuha adalah termasuk bagi Shalat untuk orang-orang yang bertaubat
Shalat Dhuha adalah termasuk bagi Shalat untuk orang-orang yang bertaubat (Sholat Awwabin). Daripada Zaid bin Arqam bahawasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menuju tempat Ahli Quba’ yang ketika itu mereka sedang mengerjakan Shalat Dhuha. Baginda lalu bersabda:
صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ.

Artinya:
Shalat Awwabin (orang-orang yang taubat) dilakukan pada saat teriknya matahari. – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 748.

CARA MELAKSANAKAN SHOLAT DHUNA

Waktu Mengerjakan Shalat Dhuha
Menurut para ahli dalam Hukum Fiqh atas awal waktu dhuha adalah waktu terbit matahari ditambah 15 menit. dan Batas akhir waktu dhuha adalah waktu dzuhur dikurangi 15 menit. Waktu itulah yang paling baik untuk mengerjakan sholat Dhuha adalah pada akhir dari waktu Dhuha, yaitu ketika matahari sudah mulai terik saat-saat mendekati masuknya waktu Dzuhur. Menurut Syaikh al-‘Utsaimin di dalam Asy-Syarhul Mumti’:

Jika demikian, waktu Shalat Dhuha dimulai setelah keluar dari waktu larangan Shalat pada awal siang hari (pagi hari) sampai adanya larangan saat tengah hari.

Namun demikian waktu yang afdal adalah pada saat matahari panas terik. Demikian adalah dalil-dalil tentang waktu mengerjakan Shalat Dhuha:

Daripada Anas radhiallahu’ anh, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ.

Artinya:
Barangsiapa mengerjakan Shalat Subuh secara berjemaah lalu sesudah itu dia tetap duduk (di masjid) untuk berzikir kepada Allah sehingga matahari terbit (dan meninggi), kemudian Shalat (Dhuha) dua rakaat…– Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab al-Jumu’ah, no: 535.

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ.

Artinya:

Shalat Awwabin (orang-orang yang taubat) dilakukan pada saat teriknya matahari. – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qashruha, no: 748.

Berapa banyak sih jumlah bilangan raka'at Sholat Dhuha itu?

Jumlah rakaat Shalat Dhuha paling minimal adalah dua rakaat dan ia boleh dikerjakan tanpa batasan jumlah rakaat yang tertentu. Sebelum ini penulis telah memaparkan hadis-hadis berkaitan Shalat Dhuha yang dilaksanakan dengan dua dan empat rakaat. Berikut adalah dalil yang menunjukkan ianya juga boleh dikerjakan dengan sebanyak enam, lapan dan dua belas rakaat.

Daripada Anas bin Malik radhiallahu’ anh bahawasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengerjakan Shalat Dhuha sebanyak enam rakaat – Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam kitab al-Syamaail, Bab Sholat al-Dhuha, no: 273.
أُمِّ هَانِئٍ فَإِنَّهَا قَالَتْ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ بَيْتَهَا يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ فَاغْتَسَلَ وَصَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ.

Artinya:

Daripada Ummu Hani’, dia berkata: Pada masa pembebasan kota Makkah, dia bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika baginda berada di atas tempat tertinggi di Makkah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beranjak menuju tempat mandinya lalu Fathimah memasang tabir untuk baginda. Selanjutnya Fathimah mengambilkan kain dan menyelimutkannnya kepada baginda. Setelah itu baginda mengerjakan Shalat Dhuha sebanyak lapan rakaat – Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab al-Tahajjud, no: 1176.

Di dalam Fathul Baari al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah telah membawa sebuah riwayat seperti dibawah:

وَعِنْد اَلطَّبَرَانِيّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي اَلدَّرْدَاءِ مَرْفُوعًا مَنْ صَلَّى اَلضُّحَى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُكْتَبْ مِنْ اَلْغَافِلِينَ وَمَنْ صَلَّى أَرْبَعًا كُتِبَ مِنْ اَلتَّائِبِينَ , وَمَنْ صَلَّى سِتًّا كُفِيَ ذَلِكَ اَلْيَوْمَ , وَمَنْ صَلَّى ثَمَانِيًا كُتِبَ مِنْ اَلْعَابِدِينَ , وَمَنْ صَلَّى ثِنْتَيْ عَشْرَة بَنَى اَللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي اَلْجَنَّةِ

Artinya:

Dalam riwayat al-Thabarani daripada hadis Abu Darda’ secara marfu’ disebutkan: Barangsiapa Shalat Dhuha dua rakaat, maka tidak ditulis sebagai orang-orang lalai, barangsiapa Shalat Dhuha empat rakaat maka ditulis sebagai orang-orang yang bertaubat, barangsiapa Shalat Dhuha enam rakaat, maka dicukupkan untuknya pada hari itu, barangsiapa Shalat Dhuha lapan rakaat, maka ditulis dalam golongan ahli Ibadah, dan barangsiapa Shalat Dhuha dua belas rakaat maka dibangunkan untuknya rumah di syurga. – rujuk Fathul Baari, jilid 6, ms. 349 ketika al-Hafidz mensyarah hadis Shahih al-Bukhari no: 1176. Namun status hadis ini diperselisihkan olah para ulamak hadis. Musa bin Ya’qub al-Zami’i yang terdapat dalam sanad hadis ini telah didha’ifkan oleh Ibnu al-Madini namun dinilai tsiqah pula oleh Ibnu Ma’in dan Ibnu Hibban. Al-Hafidz sendiri berkata sanad hadis ini lemah namun diperkuatkan oleh hadis Abu Dzar yang diriwayatkan oleh al-Bazzar hanya saja sanadnya juga lemah dan apa yang lebih tepat hadis ini dha’if. Wallahu’alam.

Berkaitan dengan dalil yang menunjukkan jumlah rakaat Shalat Dhuha ini tidak ada batasan yang tertentu adalah:

مُعَاذَةُ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: كَمْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي صَلاَةَ الضُّحَى؟ قَالَتْ: أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيدُ مَا شَاءَ.

Artinya:
Daripada Mu’adzah, dia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah: Berapa rakaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan Shalat Dhuha?
Dia menjawab: Sebanyak empat rakaat lalu baginda menambahnya lagi menurut yang dia kehendaki. – Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Sholaatil Musaafiriin wa Qashruhaa, no: 719.

LANGKAH-LANGKAH MENGERJAKAN SHOLAT DHUHA

Langkah pada rakaat pertama
1) Berniat di dalam hati untuk mengerjakan Shalat Dhuha
2) Takbiratul Ihram
3) Doa Iftitah
4) Membaca surah al-Fatihah
5) Membaca Surah al-Qur’an
6) Rukuk
7) Iktidal
8) Sujud
9) Duduk antara dua sujud
10) Sujud kali kedua
11) Bangun untuk rakaat kedua

Langkah pada rakaat kedua
1) Ulang seperti rakaat pada pertama dari nombor (4) hingga (10)
2) Duduk untuk tahiyyat akhir
3) Memberi salam ke kanan dan ke kiri

Demikianlah postingan kami kali ini mengenai Sholat Dhuha, Waktu Sholat Dhuha, Hukum Sholat Dhuha. Semoga bisa menjadi manfaat kita semuanya. Ammin
Print Friendly and PDF

0 Response to "Tentang Shalat Dhuha dan waktu sholat dhuha yang mustajab"

Posting Komentar