Malam Lailatul Qodar |
Ini bedanya baginda Rasul dan kita, kita sudah memasuki 10 malam terakhir malahan gulung sajadah, tengok 10 malam terakhir, barisan taraweh di mesjid mulai mengalami kemajuan, orangnya makin susut, sudah berfikir mudik, sudah berfikir beli pakaian baru, sepatu baru, baju buat anak, oleh-oleh buat orang tua. Sehingga konsentrasi ibadah sudah buyar.
10 malam terakhir Rasullalah singsingkan lengan baju, hamparan sajadah lebih banyak di masjid ketimbang dirumah, ingin mendapatkan Lailatul Qodar, menemukan Lailatul Qodar harus sudah berniat dan berjaga-jaga Bulan Romadhon ini, tidak bisa pake ilmu untung-untungan, malam 20 Romadhan tidak taraweh, 21 berangkat ke masjid, malam 22 libur lagi, malam 23 masuk, Kenapa?. Wah ini malam ganjil.
Tidak seperti itu moralitasnya, kita harus berjaga-jaga sejak awal romadhon untuk menemukan mendapatkan Lailatul Qodar itu, bagaimana kita harus menyikapi Lailatul Qodar ini? tentu kita harus melihatnya dari sisi betapa Rahman dan Rahim ya Allah itu, maha kasih, maha penyayang, maha pengampun, Maha menerima taubat.
Umat-umat sebelum kita diberikan umur yang relatif panjang, nabi Adam 2000 tahun, nabi Nuh 950 tahun, rata-rata umatnya ya sekian itu umurnya, jadi kalau hitung dangan 300 tahun mereka bergelimang dosa, kan masih punya stok umur 400 tahun untuk bertaubat, Umpama itung-itungannya harus begitu.
Kita umat Nabi Muhammad ini, umat terakhir ini, diberikan umur yang telaitive pendek, bahwkan kalau mencontoh kepada Rasul 63 Tahun beliau wafat meninggalkan kita semua, 63 Tahun. Taruhlah kita seperti itu, 40 tahun kita bergelimang dosa, sisa umur 33 tahun ditebus dengan tobat seperti itu, kan belum seimbang neracanya.
Apa lantas dosa kita tidak bisa bisa terampuni, apa tidak peluang untuk kita melakukan pemutihan atas dosa kita, terhadap seluruh kesalahan yang pernah kita lakukan, dari sisi inilah kita melihat makna Lailatul Qodar.
Allah yang maha pengasih, Allah yang maha penyayang, seakan-akan Allah bilang: Hai ummat Islam!, meskipun umurmu pendek, kalin jangan pesimis, kalian jangan skeptic, sekalipun begitu banyak kesalahan, dosa engkau menumpuk dan umurmu relative pendek, jangan bersedih, Aku berikan kepadamu, waktu dan tempat yang punya nilai spesifik, waktu dan tempat yang mempunyai nilai istimewa, tugasmu!. Memamfaatkan peluang yang diberikan itu.
Itu sebabnya ada penggandaan nilai pahala, sholat berjama’ah nilai pahalanya 27 kali lipat disbanding sholat sendiri, beribadah di hari Jumat mendapat tambahan pahala shalat di Masjidil Haram di Mekah. 100.000 kali pahalanya ketimbang pahala di masjid-masjid biasa, itu tidak selalu berarti sudah sholat di sana Lalu berhenti lagi sholat di mana-mana, karena merasa sudah punya stok, banyak devisa. Bukan itu pengertiannya.
Ruang dan waktu yang punya nilai istimewa, kalau kita pandai memanfaatkan maka nilai kelipatan-kelipatan dari ibadah kita itu diberikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, itulah sebabnya Allah menyediakan ada bulan istimewa Romadhon, ada Hari Istimewa Hari Jum’at. ada waktu istimewa sepertiga malam yang Akhir, Ada tempat istimewa Arafah, Mina, Multazam, Raudhah, Zam-zam.
Ada waktu istimewa yaitu Malam Lailatul Qadar: 1 Malam lebih baik dari pada 1000 Bulan, 1000 Bulan itu kan 83 tahun, dan jarang orang sekarang yang mencapai umur 83 tahun.
Yang kedua kita harus melihat malam Lailatul Qodar ini dari persfektif kita sebagai manusia, tidak ada orang yang tidak pernah salah. Sengaja atau tidak sengaja, kecil atau besar, khilaf atau terpaksa, setiap kita mesti pernah melakukan kesalahan, kepada sesama manusia atau juga kepada Allah.
Salah Kita kepada Allah, kita bertobat langsung kepadaNya, sampai-sampai di hadits Qudsi dikatakan:
Walaupun kamu berbuat dosa, penuh langit dengan dosamu, kemudian kamu menyesal, bertobat, Allah pasti akan menerima tobat kamu.
Lalu bagaimana sih tobat yang sebenarnya itu, meninggalkan perbuatan jahat tidak akan pernah mengulanginya lagi menyesal, pernah melakukannya: kata para ulama Inilah tiga syarat utama
Pertama meninggalkan perbuatan jahat
Yang bertaubat dari minum-minuman haram, tinggalkan meminum-minuman yang haram atau memabukan, bertaubat dari judi tinggalkan melakukan perbuatan judi. Total bertobat kepada Allah dari melakukan maksiat, tinggalkan secara total: Meninggalkan perbuatan jahat
Berjanji tidak akan mengulangi lagi, saya mencuri berjanji tidak akan mengulangi dan yang;
Ketiga menyesal telah melakukan itu
Bukan malah kita berkata saya sekarang sudah tua, dulu waktu muda saya sudah puas, bukan menyesal malah puas, gara-gara saya sudah tua dulu waktu muda sudah puas, bukan puas yang diminta menyesal, kenapa dulu begitu? kenapa telah melakukan itu?.
Tobat yang sebenarnya yang berbahagia orang yang beribadah dengan baik melaksanakan Taubat pantas dia keluar dari Romadhon, dan masuk dalam golongan Minal aidin walfaizin, golongan orang yang kembali, kembali kemana?. kembali kepada Fitrah, Suci seperti bayi baru dilahirkan dosa-dosanya dilebur oleh ibadah dan taubat, dan termasuk ke dalam golongan orang-orang beruntung.
Tidak dalam artian yang materialistis, tapi dalam artian memperoleh keberkahan dalam hidup dan keberuntungan di dunia, lebih-lebih di akhirat nanti, dimana kita selalu mencari nilai tambah dari setiap yang kita lakukan, karena umur yang diberikan relatif pendek tidak akan ada keseimbangan dalam neraca hitungan kita dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, supaya berat timbangan kebaikannya amalan itu Bagaimana baiknya sudah kita kerjakan tetap mengacu kepada kita pertahankan satu perbuatan tidak ada puas tidak ada prestasi Puncak Bagaimana baiknya kita lakukan
0 Response to "1 malam tetapi lebih baik daripada 1000 Bulan - Lailatul Qodar"
Posting Komentar