Semua Baik adanya. Termasuk Jelek Juga Baik

Perjalanan Doa - Semua Baik adanya. Termasuk Jelek Juga Baik. Tulisan ini berasal dari seorang Spiritual bernama Kang. Sarman, beliau adalah guru Saya, Guru kami yang banyak mengajarkan kami banyak hal tentang kehidupan ini.

Beliau juga dengan sengaja membuat group yang bernama: Kelas Telaga Suwung, awalnya group ini setingan privat, tetapi saya lihat sekarang sudah menjadi group facebook public.

Semua Baik adanya. Termasuk Jelek Juga Baik

Kang. Sarman ini banyak mengajarkan mengenai latihan hening, dan materinya sangat lengkap di group Kelas Telaga Suwung, mulai dari latihan 1 dan selanjutnya sangat tertata dengan sistematis.

Perjalanan beliau diceritakan pada cerita dibawah ini, bagaimana beliau berasal dan dilahirkan secara singkat dipaparkannya. Namun yang paling penting adalah hikmah dibalik cerita dari tulisan tersebut.

SEMUA BAIK ADANYA. JELEK JUGA BAIK

Semua baik adanya. Jelek juga baik. 

Kalau yang bagus disebut baik, semua orang pasti setuju, tapi kalau yang jelek disebut baik orang pasti ramai-ramai menolak. Rumusnya adalah bagus sekarang jelek di masa depan, jelek sekarang bagus di masa depan. Bagus itu baik karena rasanya enak, nyaman, orang pun mengapresiasi, jelek pun baik, karena dengan jelek dia merasa sangat tidak nyaman, karena merasa tidak nyaman dia berusaha keras untuk bangkit dari kondisi jelek itu dan bergerak maju bahkan melampaui kondisi orang yang diberikan sesuatu yang bagus. Karena jeleklah dia bergerak maju melebihi kondisi orang rata-rata, dan berakhir di kondisi bagus, jadi jelek itu bagus karena membuat orang bergerak ke kondisi jauh lebih bagus. 

Baca Juga: Syarat Bijak Harus Bersedia Dan Siap Merasakan Paitnya Hidup

Saya lahir di kampung di keluarga miskin, sudah di kampung, miskin lagi. Gambaran miskin saya, saya 6 tahun di SD saya Cuma ingat 1 kali jajan, jajan minuman yang kami dulu sebut sirup, campuran air, pemanis dan pewarna, seingat saya satu kali itu. Saya pernah dimarahi orang tua saya karena pernah ngasih makan temen saya orang yang maen ke rumah, kenapa dimarahi? Yak karena gak ada beras. Kalau nonton layar tancap, saya masuk lewat jalur nekat, karena kalau lewat depan gak punya karcis. Ini baru soal harta. Dan ini ngefek ke jeleknya mental saya dulu. 

Sekarang fisik. Dari keluarga kakek saya, secara wajah keluarga sayalah yang paling jelek, ada 5 atau 6 keluarga, keluarga sayalah yang dari sisi wajah paling jelek, yang paling cantik, saya berani bilang dia termasuk paling cantik sedesa kami. Nah, udah paling miskin, paling jelek pula.

Belum selesai. Sekarang soal mental. Ibu dan ayah saya adalah orang yang sangat minder, dua-duanya minder, saking pemalunya ayah saya, kalau nganterin bekal ke adek saya di pesantren, beliau diam aja di halaman sampai ada yang nanya, “bapak ada keperluan apa?”, kenapa begitu, karena ayah saya pemalu. Bayangkan mental saya, ibu saya minder, ayah saya minder, jadilah saya minder pangkat dua. Tapi, saya sayang ibu dan ayah saya, kalau ketemu saya sering mijitin ibu sambil minta maaf karena udah jadi anak gak nurut orang tua. Jadi, saya paling miskin, paling jelek (di keluarga besar) dan paling minder. 

Supaya gak panjang, saya singkat aja ya jeleknya saya, yaitu saya paling miskin, paling jelek, paling minder, waktu SD badan saya kecil jadi sangat sering dijadikan bulian, saya 6 tahun trauma di SD, karena mental saya jelek, saya sering dibuli sampai ditakut-takuti pakai golok sehingga lebih dari 30 tahun saya merasa layak dibunuh orang dan ketakutan karenanya, dan saya pernah 5 tahun jadi pembantu dengan gaji 60 ribu perbulan, dan sering dimarahi. Itu jelek saya. 

Nah, karena jelek parah itulah saya entah bagaimana caranya dan seperti dituntun Tuhan untuk bergerak merubah situasi. Sampai pada situai, sayalah satu-satunya (awalnya) di keluarga besar kami yang bergelar sarjana, karena gelar sarjana pendidikan, saya jadi guru, walau pernah gaji sebulan Cuma 100 ribu tapi secara penghormatan saya sudah dihormati orang. 

Baca Juga: Semua Sudah Benar Adanya, Tindakan Jahat Juga Benar??!!

Sampai pada masa saya lulus sebagai pekerja di kementerian sosial, sebagai pendamping salah satu program pemerintah, gaji saya lebih baik, lebih dari UMR kota saya, saya mulai bejar ilmu spiritual. Dan karena orang-orang baik yang berkenan ngajak saya ke berbagai kota di jawa, Bali, Lampung, dan berjodoh bertemu guru-guru spiritual, saya saat ini di kampung di posisi atas.   Secara pendapatan saya di atas rata-rata orang di kampong saya, saya juga diharga orang (saya merasa begitu), secara wajah saya merasa baik-baik saja, saya saat ini berani berhadapan dengan siapa pun, dengan kiai besar atau presiden saya siap. 

Nah, karena kondisi jelek parahlah, saya bisa sampai di kondisi baik saat ini, kalau saya dulu sama seperti teman-teman main saya, maka saya gak akan kemana-mana. Maka saya bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan karena sudah dikasih jelek, dan juga dikasih rasa yang tanpa bisa saya pilih, rasa untuk tidak bisa menyerah, saya akan stress berat kalau menyerah, sehingga pilihan satu-satunya adalah jalan terus, sampai membuahkan hasil. Saat ini, semua cita-cita saya sudah saya capai, tinggal mau saya pakai atau tidak. Jadi, jelek itu baik. Semua baik, jelek juga baik.

By Kang. Sarman

Kesimpulan:

Semuanya yang nampak jelek bila dipandang dengan kacamata manusia normal, bila mampu diterima dengan lapang dada, dan mampu menumbuhkan semangat juga pada diri yang mengalaminya.

Justru orang tersebut akan menjadi orang lebih diatas manusia yang hidupnya datar-datar saja, jadi kunci menerima dan mengubah kekurangan sebagai bahan bakar untuk merubah kehidupan menjadi yang lebih baik, lebih pintar, lebih sehat, lebih sholeh, lebih kaya dan tentunya lebih bijaksana.

Salam - Perjalanandoa

Print Friendly and PDF

0 Response to "Semua Baik adanya. Termasuk Jelek Juga Baik"

Posting Komentar