keutamaan dan dalil berbakti kepada orang tua - ceramah zainudin mz

Perjalanan Doa - Ceramah KH Zainudin MZ - Saudara hadirin kaum muslimin rahimakumullah – ada tiga 3 perintah Allah yang berangkai dalam Al-Qur’an, yang menurut para ulama, tidak diterima yang satu, apabila yang lain tidak dikerjakan, diantaranya Ayat:

1.    Aqimussholata wa atuzzakat
2.    Ati'ullaha wa ati'ur rasula
3.    An usy kurli wali walidaika



Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Perintah ini merupakan perintah yang berangkai, Aqimussholata wa atuzzakat dirikan sholat dan bayar jakat, artinya tidak diterima sholatnya orang yang tidak membayar zakat, dan tidak diterima zakatnya orang yang tidak mendirikan sholat, perintah ini berangkai, pada saat sholat dikerjakan zakat pun apabila sampai haul dan nisabnya harus dibayarkan.

Begitu juga pada ayat Ati'ullaha wa ati'ur rasula, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul, tidak diterima taat kepada Allah kalau membelakangi Rasul, dan tidak diterima mentaati Rasul, kalau tidak mentaati Allah. Keduanya berangkai dan tidak terpisahkan satu dengan lainnya, taat kepada Allah artinya harus taat juga kepada Rasul, mengamalkan Qur’an berarti juga harus mengamalkan Sunnah. Oleh karenanya sering diingatkan, usaha memisahkan umat Islam dari Islamnya, selalu diawali dengan memisahkan umat Islam dari Ulamanya.

Dan ini bukan urusan baru, sejak jaman dahulu orang-orang yang anti kepada Islam, selau berusaha memisahkan umat Islam dengan Islamnya, caranya:

Pertama: Dipisahkan Umat dari Ulama. Kalau cara ini berhasil mereka masuk kepada tingkat yang kedua.

Kedua: Ditanamkan keraguan kepada Sunnah, kalau cara inipun mereka berhasil maka akan masuk kepada bagian yang ketiga.

Ketiga: yang ketiga ini yang terpenting, menanamkan keraguan keraguan kepada Al-Qur’annulkariim. Kalau ummat sudah meragukan Al-Qur’anul Kariim, maka tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Oleh karena itu Ati'ullaha wa ati'ur rasula tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Apabila kita mengamalkan ajaran Qur’an seiring dengan itu juga kita harus menegakan sunnahnya.

Adapun ayat yang ketiga, yang merupakan perintah berangkai ini “An usy kurli wali walidaika”, Hendaklah engkau bersyukur kepadaku, dan bersyukur kepada Ibu Bapakmu, bersyukur kepada Allah tapi tidak bersyukur kepada ibu/bapak tidak diterima, bersyukur kepada ibu/bapak tapi tidak bersyukur kepada Allah, juga ditolak. Oleh karenanya keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Orang yang pandai bersyukur kepada Allah, harus pandai juga bersyukur kepada kedua orang tuanya, bersyukur kepada ibu/bapak artinya berbakti kepada ibu/bapak kita.

Kalau kita perhatikan, dan inilah pokok pembicaraan yang akan kita bicarakan pada pertemuan kita kali ini, soal berbakti kepada ibu dam bapak, kalau kita perhatikan kedudukan kedua orang tua dalam Al-Qur’an itu sangat tinggi sekali, kit abaca misalnya dalam surat Al-Iq’ra Ayat 23 disana menjelaskan:

Wakodo Robbuka Anna Ta’budu illa iyahuu wabilwalidaini ihsana, dan allah tuhanmu telah memutuskan/menetapkan, jangan kamu menyembah selain dari padaNya, dan berbaktilah kepada kedua orang tua.

Kita perhatikan tartibul kalimat, atau tertib urutan kalimat dalam ayat ini, pertama jangan menyembah kepada selain Allah, kedua berbakti kepada kedua orang tua, Allah, setelah itu kedua Orang Tua.  Begitu tinggi kedudukannya sampai dirangkaikan kewajiban menyembah hanya kepada Allah, sesudah itu apa?. Wabilwalidaini Ihsana, berbakti/berbuat baik kepada ibu dan bapak.

Lalu dalam surat Annisa Ayat 36 kita ketemukan:

Wa’budullaha Wala Tusriku Billahi Syai’a Wabilwalidaini Ihsaana, “Sembahlah Allah, jangan sekutukan Ia dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, lagi-lagi disini perintah bertauhid, perintah menyembah hanya kepada Allah, dirangkaikan dengan perintah berbakti kepada kedua orang tua.



Dalam kehidupan sehari-hari biasanya perintah penting lahir pertama, dan perintah penting kedua lahir pada urutan kedua, dari segi prioritas kita bisa melihat betapa tingginya kedudukan kedua orang kita didalam kehidupan ini, lalu orang tua adalah bapak dan ibu, keduanya mempunya peranan yang sangat besar, sejak lahirnya kita ke alam dunia ini, sampai kita meningkat menjadi anak-anak, remaja, dan dewasa.

Bapak misalnya kita lihat, sibuk mencari nafkah dia pergi pagi pulang sore, peras keringat, banting tulang, kita adalah harapan agar anaknya kelak hidup lebih baik dari dia sekarang ini, dan untuk itu dia rela peras keringat, banting tulang, seolah dia berkata “Ayahmu kaki jadi kepala, kepala jadikan kaki asal kelak engkau anaku jadi orang”, yang kadang-kadang kita sang anak ini jadi orang, sering lupa kacang akan kulitnya.

Sehingga boleh jadi lalu orang berkata, “Kalau orang tua kaya anak jadi raja”, “Kalau anak yang kaya orang tua sering jadi budak”. Orang tua kaya anak jadi raja, apa yang anak inginkan akan jadi kenyataan, tapi kalau anak yang kaya, kadang-kadang orang tuanya yang jadi budaknya.

Lalu disamping sibuk mencari nafkah, bapak juga memberikan perlindungan dalam kehidupan ini, menjadi symbol wibawa, yang pada satu saat kita akan merasakannya disaat dia sudah tidak ada, begitu barangkali kecenderungan orang sesuai dengan perkataan imam Al-Ghazali:

“Kamu baru merasa pentingnya suatu nikmat kalau ia sudah hilang dari diri kamu”. Kita baru berasa pentingnya sehat kalau lagi sakit, baru tahu pentingnya gigi kalau lagi sakit gigi, baru tahu pentingnya telinga kalau lagi budek, tetapi pada saat normal kita menganggap itu Sesutu yang biasa, bukankah seorang bapak dalam hidup ini, disamping dia pelindung juga menjadi symbol wibawa dalam kehidupan dimasyarakat.

Orang sering berkata “Gue bukan takut sama loo..”, “Gue segen sama babe loo..!”  masih ada yang diseganin, masih ada yang dihormati, pantas saja kalau kita ambil dari sejarah, ketika baginda Rasul ditinggal wafat oleh Hadijah, oleh pamanya Abu Thalib, gangguan kafir Quraish makin meningkat, kenapa?. Kemaren-kemaren mereka mau menghadang nabi, mau menghantam nabi, masih memandang Hadijah seorang Janda Bangsawan,  mereka masih memandang Abu Thalib orang tua yang disegani, sekarang kedua-duanya sudah tidak ada, apa lagi yang disegani hantam sana Muhammad. Itupun dirasakan oleh pribadi Nabi kita.

Saudara-saudara hadirin kaum muslimin, apalagi yang namanya Ibu, dia lebih banyak menangani kita, pantas suatu saat ditanya orang: Ya Rasul, siapa sih yang harus saya taati didunia ini?, ibumu. Lalu siapa lagi Ya Rasul?. Ibumu. Kemudian setelah itu siapa ya Rasul?. Ibumu!. Setelah itu siapa ya Rasul?. Bapakmu.

Ibu.., Ibu.., Ibu… baru bapak, tiga berbanding satu, kenapa harus begitu, kita lihat pertama yang namanya ibu,sejak proses kehamilannya kata Qur’an Hamalathu Wahnan ‘Ala Wahnin, dia mengandung kita, dalam keberatan yang bertunmpuk diatas keberatan, berat kwadrat. Bahkan sebelum itu tidak ngidam anaknya, ibunya kita itu sudah tidak sehat.


Betapa Besar Pengorbanan Seorang Ibu

Yang ingin dimakan pasti yang bukan-bukan, muntah tidak karu-karuan, keinginan yang tidak musim, sampai ketika terjadi proses kehamilan dari hari ke hari hamilnya makin berat dan makin berat, makin lama makin besar, kemana-mana dibawa, belum pernah ditaruh, ah ini berat mau kepasar taruh dulu sebentar, tidak. Itu ya saudara orang hamil itu ya, saya sendiri Alhamdulillah belum pernah hamil… hehe. Itu kalau kira-kira dua kilo, itu ada beratnya, umpama ingin merasakan hamil, cari saja kelapa yang kira-kira beratnya dua kilo gantungkan diperut, kemana-mana bawa. Apa enak kaya begitu itu?.

Kehamilannya makin lama makin besar, dan makin lama makin besar, tidurnyapun sudah serba sulit dan serba salah, sampainya pada saat kelahirannya, berhadapan dengan dua pilihan: Kalau tidak hidup, mati. Dan seorang Suami tidak pernah menghadapi saat-saat keritis seperti itu. Paling-paling disaat Istrinya melahirkan dicuma menunggu didepan pintu.

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh - Para pembaca Ceramah KH  Zainudin MZ yang kami muliakan, setelah sebelumnya kita membaca tentang Ceramah KH Zainudin MZ dengan judul Berbakti Kepada Kedua Orang Tua - Bagian 1. Maka pada postingan tulisan kali ini, kita akan meneruskan lebih dalam dan lengkap lagi, mengenai Ceramah KH Zainudin MZ dengan judul Berbakti Kepada Kedua Orang Tua - Bagian 2. Selamat menikmati melanjutkan membaca!.


Ceramah KH Zainudin MZ - Berbakti Kepada Kedua Orang Tua


Ceramah KH Zainudin MZ - Bingung, gelisah, tapi sempat merorok, si istri sedang berhadapan dengan saat-saat kalau tidak hidup mati! saudara hadirin yang saya hormati, dalam saat-saat seperti itu dia lahirkan anaknya kedua ini, dan Allah maha adil, dan andaikan wanita kalah dan ia meninggal disaat melahirkan, dia mendapat pahala mati syahid.

Sebab orang mati syahid itu ada 3 macam:

1.    Syahid dunia akhirat

Ini orang yang pergi perang membela agama, niatnya karena Allah dia gugur dimedan perang dia syahid Dunia Akhirat. Tidak usah dimandikan, dikafankan dan dikubur dengan pakaian yang dia pakai yang berlumur darah.

2.    Ada orang mendapat Syahid Akhirat

Artinya meninggalnya mendapat pahala seperti orang yang matinya mati syahid, tetapi jenazahnya wajib diurus seperti biasa. Dimandikan, dikafankan dan disholatkan, hanya pahalanya seperti pahala orang yang mati syahid. Siapa mereka?

  • Orang yang mati tenggelam, kelelep dikali itu mati syahid! Syahid akhirat. 

  • Orang yang meninggal benda keras secara mendadak itu mati syahid, Syahid akhirat.


Didunianya wajib diurus seperti biasa jenazahnya. Saudara lagi jalan tiba-tiba ketiban batu 2 ton, mati! mendapat pahala mati syahid meninggalnya, syahidnya syahid akhirat. tapi jangan diniatin! ah Saya mah pilih kelelep saja dah..lalu nyebur ke kali, mati!. Syahid?.. Tidak!.Konyol malah itu, bunuh diri namanya!.

3.    Wanita yang meninggal disaat melahirkan anak.

Tapi masalah kita dalam keadaan antara hidup dan mati dia lahirkan anaknya ke alam dunia ini, lalau setelah lahir mengasuh dan membesarkan banyakan para ibu ketimbang bapak. tengah malam sibapak sedang asik tidur dengan lelapnya, sementara sedang berkutat dengan anak bayinya dangantinya pakaian jika anak bayinya pipis, dijaganya itu anak bayinya dari gigitan nyambuk, sehingga pepatah bilang "Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih Anak sepanjang Galah" ini berarti bahwa bagaimanapun upaya anak menebus jasa kepada ibu, memang sulit untuk tertebus.

Oleh karena itu saudara-saudara pantas saja kanjeng Nabi Muhammad SAW bilang sampai tiga kali berturut-turut. Ibumu.. Ibumu.. Ibumu.. baru setelah itu Bapakmu..

Nah apa sebenarnya kewajiban seorang anak kepada kedua orang tuanya? dengan katalain bagaimana kita berbakti kepada ibu-bapak ini?. didalam kitab tanbihul ghafilin dijelaskan: Orang tua mempunyai 10 hak dari anaknya, dengan kata lain kewajiban anak terhadap orang tua ada 10.

1.    Memberikan kedua orang tuanya makan, kalau dia keduanya memerlukan makanan. 

Malah yang lebih ideal dia usahakan agar makanan yang berikan kepada kedua orang tuanya lebih baik dari yang dia makan sendiri, kita kadang-kadang beli juga kue dan buah-buahan tapi kadang kita sortir dulu, rambutan yang kontet-kontet kasih bapak sono!.

Suadara hadirin yang saya hormati, suatu saat Nabi Musa AS pernah memohon kepapda Malaikat Zibril, "Ya Zibril tolong tunjukan siapa kira-kira teman saya didalam syurga nanti?." Lalu malaikat Zibril memohon kepada Allah dan Allah mengatakan "Kasih tahu Musa temennya disyuran nanti adalah seorang tukang daging dipasar, tempatnya dipojok anu?.. Parasnya begini-begini?. Temuin.."

Nabi Musa ingin tahu apa keistimewaan tukang daging ini, kok bisa dia akan menjadi teman dia disyurga nanti?.dan akhirnya Nabi Musa AS menemuinya!..

Nabi Musa: Assalamu'alaikum!.
Tukang Daging: Wa'alaikum Salam!.

Lalu kenalan, setelah datang waktu pulang, Nabi Musa ikut ke rumah tukang daging ini, dan tukang daging ini mengambil daging dan sampai rumanya itu daging dia rebus, setelah matang dia hidangkan kepada ibunya yang sudah tua renta, dia suapinya ibunya. Dan Nabi Musa bertanya!.Tiap hari kamu kerjakan ini? tukang daging menjawab!. Tiap hari katanya. tiap hari saya beri makan ibu saya yang sudah tua renta ini.

Si ibu setelah disuapin oleh anaknya situkang daging ini lalu berdoa:"Ya Allah jadikanlah anak saya ini teman Nabi Musa diSyurga nanti"

Amalan sianak cuma nyuapi ibunya, tapi do'a ibunya itu yang dijawab dan diterima oleh Allah, si Ibu berdo'a :"Ya Allah jadikanlah anak saya ini teman Nabi Musa diSyurga nanti" Allah kabulkan do'a Ibu yang setiap hari disuapi dan diberikan oleh anaknya si Tukang daging ini!. jadi mungkin saja ibadah kita ini belum meyebabkan do'a kita belum bisa diterima oleh Allah SWT, permohonan kita masih menyangkut dilangit, tapi kalau kita bisa menyenangkan ibu-bapak kita, ibu bapak kita yang mendoakan kita, isnyaAllah Makbul!.










Print Friendly and PDF

0 Response to "keutamaan dan dalil berbakti kepada orang tua - ceramah zainudin mz"

Posting Komentar